Tangerang Selatan – Coba ingat-ingat, sudah berapa kali kamu menunda membantu ibu hanya karena merasa sibuk? Atau menjawab panggilannya dengan nada tinggi karena lagi bad mood? Padahal, tanpa kita sadari, hari-hari ibu nggak selamanya panjang. Rambutnya yang mulai memutih, matanya yang tak setajam dulu, dan tubuhnya yang mulai lemah—itu semua tanda bahwa waktu terus berjalan, dan ibu kita makin menua.
Tapi seringkali, kita baru menyadari berharganya kehadiran ibu… saat semuanya sudah terlambat.
Bakti yang Tidak Menunggu Waktu
Allah ﷻ dalam Al-Qur’an memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada orang tua, tanpa syarat, tanpa penundaan:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Ayat ini bukan sekadar nasihat. Ini adalah perintah langsung dari Allah, yang menunjukkan betapa mulianya kedudukan orang tua, khususnya ibu. Karena ibu yang menanggung kehamilan dalam kesakitan, melahirkan dalam perjuangan, dan membesarkan dengan segala daya yang dimiliki.
Rasulullah ﷺ juga pernah ditanya oleh seorang sahabat,
“Wahai Rasulullah, kepada siapa aku harus berbakti pertama kali?” Rasul menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasul menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasul menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya keempat kalinya, “Kemudian siapa?” Rasul menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tiga kali menyebut “ibu”, baru kemudian ayah. Itu bukan tanpa alasan. Karena cinta dan pengorbanan ibu sepanjang hidup kita terlalu besar untuk diabaikan. Dan Islam mengajarkan, berbakti kepada ibu bukan sekedar kewajiban, tapi juga jalan pintas menuju surga.
Bakti Itu Bukan Tentang Uang
Banyak remaja berpikir, “Nanti aja kalau udah sukses, baru bisa bahagiain ibu.” Tapi kenyataannya, berbakti nggak harus nunggu kaya. Bakti bukan soal memberi barang mahal. Justru, hal-hal kecil yang dilakukan dari hati bisa sangat berarti bagi ibu:
- Mendengarkan ceritanya walau sudah sering diulang,
- Membantu pekerjaan rumah tanpa disuruh,
- Menyediakan waktu untuk sekadar ngobrol dengannya,
- Menghindari membentak atau berkata kasar,
- Mendoakannya setiap hari, diam-diam maupun terang-terangan.
Rasulullah ﷺ bahkan pernah mengingatkan kita:
“Celaka! Celaka! Celaka!” Lalu beliau ditanya, “Siapa yang celaka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu dari mereka dalam keadaan tua, namun ia tidak masuk surga (karena tidak berbuat baik kepada mereka).” (HR. Muslim)
Itu artinya, keberadaan ibu yang sudah lanjut usia justru adalah peluang emas buat kita menanam pahala. Dan remaja seperti kita belum terlambat untuk memulai.
Waktu Nggak Bisa Diulang, Tapi Niat Baik Bisa Dimulai
Hari ini kamu masih bisa mendengar suara ibu. Masih bisa melihat wajahnya, mencium tangannya, dan memeluk tubuh tuanya. Jangan tunggu sampai semua itu hanya jadi kenangan.
Kita nggak bisa mengulang waktu, tapi kita bisa memperbaiki sikap mulai sekarang. Kita bisa berubah, bisa belajar lebih sabar, lebih perhatian, dan lebih menghargai keberadaannya. Mungkin dulu kita sering lalai, tapi sekarang saatnya berubah.
Bakti itu bukan masa lalu, tapi pilihan di masa kini. Dan siapa pun yang memilihnya, sedang menempuh jalan menuju ridho Allah dan surga-Nya.
“Waktu nggak bisa diulang, tapi bakti bisa dimulai sekarang.”
Dan itu dimulai… dari kamu.