Qurban Pertama di Pelosok Pesisir Bekasi
Alhamdulillah, pengalaman pertama merasakan daging qurban akhirnya terwujud untuk warga Kampung Nelayan Muara Jaya, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Daging qurban dari seluruh Teman Satu Frekuensi telah sampai berkat kolaborasi Tim Sohaba Foundation dengan Tim Relawan Putri Puterrr dan Yuk Gais, yang menempuh perjalanan panjang ke salah satu kampung nelayan di kecamatan paling utara Kabupaten Bekasi.
Perjalanan dari Jakarta menuju Kampung Nelayan Muara Jaya memakan waktu sekitar 4 jam, dilanjutkan dengan naik perahu menuju masjid setempat. Kampung ini berada di titik paling ujung jika dilihat dari peta Pulau Jawa—terasa sangat jauh, padahal masih berada di kawasan Jabodetabek.
Terdengar tidak masuk akal jika disebut sebagai pengalaman pertama mereka menyantap daging qurban. Namun, begitulah faktanya. Belum pernah ada penyembelihan hewan qurban di kampung ini sebelumnya—kampung yang seperti “terlupakan”, meskipun masih berada di sekitar ibu kota.
“Terima kasih untuk relawan dari Sohaba yang telah membantu kami bisa berqurban. Selama ini, belum pernah ada qurban di kampung kami.”
— Warga Kampung Nelayan Muara Jaya
Setiap Cerita Punya Titik Pertama
Bagi warga Kampung Nelayan Muara Jaya, ini adalah pengalaman pertama menyaksikan langsung penyembelihan hewan qurban dan merasakan nikmatnya daging qurban di kampung mereka sendiri. Sebuah momen yang sederhana, tapi begitu membekas dan bermakna.
Berkat kepercayaan dan dukungan dari seluruh Teman Satu Frekuensi, sebanyak 1 ekor sapi dan 17 ekor kambing berhasil kami sampaikan secara amanah untuk 403 jiwa di Kampung Nelayan Muara Jaya pada Sabtu, 7 Juni 2025.
Warga berbondong-bondong keluar rumah, anak-anak berkumpul dengan mata berbinar menyaksikan momen bersejarah di kampung mereka. Proses penyembelihan hewan qurban hingga pembagian daging qurban dilakukan dengan gotong royong antara warga dan tim relawan, semua berlangsung penuh semangat dan kebersamaan.
Qurbanmu Tiba di Rumah Terakhir
Warga di pesisir Muara Gembong hidup dalam ancaman nyata: abrasi yang terus menggerus daratan, tumpukan sampah plastik yang mengotori bibir pantai, dan hasil laut yang semakin menipis. Namun di ujung kampung, masih berdiri satu rumah sangat sederhana yang dihuni oleh tiga keluarga. Letaknya terisolasi, terpisah dari kampung utama oleh laut.
Satu-satunya akses ke sana adalah jembatan bambu rapuh yang membentang di atas air laut—rapuh, bolong, dan bergoyang setiap kali dilalui. Dikelilingi tumpukan sampah, rumah ini bukan sekadar tempat tinggal, tapi simbol ketangguhan dan harapan. Lewat jembatan itu, tim relawan kami meniti langkah hati-hati sambil membawa amanah daging qurban dari Teman Satu Frekuensi.
Sesampainya di sana, sang ibu menyambut dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak pernah menyangka rumahnya yang terasing dan terabaikan akan mendapat kunjungan dan rezeki sebesar ini. Lewat jembatan bambu di atas laut, cinta itu sampai juga.
Tak Jauh Tapi Selalu Terlewat, Kini Tersapa
Kadang kita terlalu fokus mencari yang jauh, hingga lupa bahwa ada saudara-saudara di dekat kita yang juga masih sangat membutuhkan. Seperti saudara kita di pelosok pesisir Bekasi yang terdampak pencemaran Teluk Jakarta. Semua ini tidak mungkin terwujud tanpa doa, cinta, dan dukungan dari seluruh Teman Satu Frekuensi yang telah mempercayakan qurbannya melalui Sohaba Foundation.
Terima kasih Teman Satu Frekuensi telah menjadi bagian dari perjalanan ini.
Terima kasih telah percaya, berbagi, dan menguatkan langkah kami.
Kebaikan kalian telah tiba—dan benar-benar terasa hingga pelosok yang dekat dengan kota, namun kerap terlupakan.
Semoga setiap hewan qurban yang disampaikan menjadi pemberat amal kebaikan, membawa keberkahan bagi banyak jiwa, dan menjadi saksi cinta kita kepada sesama di hadapan Allah kelak.
Sampai jumpa di Qurban Pelosok tahun depan, insyaAllah dengan lebih banyak jejak kebaikan yang tersebar—lebih luas, lebih dalam, dan lebih bermakna.